Social Icons

Selasa, 27 April 2010

Sahabat Sajati, Idaman Hati

Dalam menjalani kehidupan ini tidak bisa dijalani dengan seorang diri, tapi di butuhkan patner atau sahabat. Menemukan seorang sahabat yang baik itu bukan sesuatu hal yang mudah, tidak semua orang yang kita kenal bisa dijadikan sahabat, setiap orang yang bersahabat pasti mengharapakan ada nilai positip dari terjalinnya persahabatan itu. Alangkah indahnya sebuah persahabatan jika didalamnya terdapat saling nasehat tentang iman, pentingnya mengingat mati, kepastian hari akhir dan segala hal tentang kebenaran hakiki termasuk segala kebaikan. Diri terasa dihibur dan juga digentarkan.
Ada beberapa ciri-ciri sahabat yang baik itu yang disapaikan oleh sabahat Rasullallah saw, diantaranya:
“Temanmu yang sesungguhnya adalah orang yang mau melarangmu dari berbuat dosa dan musuhmu yang sebenarnya adalah orang yang membujukmu untuk berbuat maksiat.” (Sayyidina Ali bin Abi Thalib)

“Tiada kebaikan dalam persahabatan yang tidak diikuti saling menjaga dari kejelekan.” (Sayyidina Ali bin Abi Thalib)

“Budi pekerti yang baik itu adalah dengan menampakkan wajah yang berseri-seri, selalu berbuat kebaikan dan menahan diri dari melakukan gangguan terhadap saudaranya.” (Sayyidina Abdullah Ibnul Mubarak)

“Setiap orang yang membuatmu lalai dari taat kepada Tuhanmu adalah musuh dalam selimut, sekalipun ia menampakkan diri sebagai kawan yang jujur dan ikhlas.” (Salafunasshalihin)
Sungguh setiap orang mendambakan mempunyai sahabat yang mempunyai ciri seperti di atas. Kenyataan yang kita rasakan banyak sekali sahabat-sabahat yang menggiring kita ke arah yang kurang baik. Alangkah indahnya seorang sahabat, yang ketika kita berbuat salah ia menegur dan menasehati, bukan karena rasa benci, namun karena begitu cintanya ia terhadap kita sehingga tak bosan-bosannya mengingatkan akan sebuah kebenaran. Terkadang kita terlupa, termakan oleh egoisme diri, merasa lebih baik, lebih banyak makan asam garam, sehingga menafikan sebuah kebenaran yang sebenarnya datang dari Alloh SWT dan Rosul-Nya lewat lidahnya.
Alangkah indahnya seorang sahabat, yang mau ikut menangis bersama, ketika melihat sahabat lainnya jatuh dalam kubangan nista dan dosa, merasa kasihan, bukan kebencian hingga bergetar bibir menahan tangis dan kesedihan, terluka jiwa yang fitrah oleh tajamnya belati hawa nafsu. Akan tetapi sangat sulit sekali menemukan seorang sahabat seperti itu, kebanyakan mereka mau senang dan tertawa bersama, namun ketika kita dalam kesediahan mereka menjahui kita.

Alangkah indahnya petunjuk Rosululloh SAW perihal memilih sahabat. Beliau umpamakan dengan penjual minyak wangi dan pandai besi. Jika berteman dengan penjual minyak wangi, minimal akan mendapat dan mencium wanginya. Berteman dengan seorang pandai besi, bisa-bisa percikan apinya mengenai tubuh dan juga kedapatan bau busuknya. Sungguh beruntung seseorang yang mendapatkan sahabat sejati, yang memuji dibelakangnya dan mengoreksi didepannya.

Saudaraku, siapakah yang telah menjadi sahabat masing-masing dari kita saat ini?
Mari kita evaluasi, sudahkah kita menjadi sahabat yang baik buat sahabat kita?
Jangan berharap mendapatkan seorang sahabat yang baik dan mengerti tentang kita sedangkan kita sendiri tidak pernah berusaha untuk menjadi seorang sahabat  terbaik buat sahabat kita sendiri.

from my blog:  http://zulkiflihazmar.blogspot.com/

Selasa, 20 April 2010

Cara yang Ampuh dalam Menghadapi Kesulitan Hidup

Dalam al-Quran, sebenarnya Allah telah memberikan kita tuntunan untuk mampu menghadapi situasi atau kondisi kesedihan, kecemasan, dan perasaan tidak nyaman akibat cobaan dan ujian hidup. Misalnya sebelum Allah menjelaskan al-Baqarah 155, Allah mengawali dengan kesiapan kita menghadapi cobaan dan ujian hidup di al-Baqarah 153:
”Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Ayat di atas merupakan strategi dan cara yang dianjurkan Allah saat menghadapi kesulitan dalam hidup, yaitu dengan sabar dan shalat. Dalam sabar terdapat energi yang sangat dahsyat sehingga dijamin oleh Allah bahwa kesabaran akan memberikan kekuatan saat seseorang dalam keadaan sulit. Demikian halnya dengan shaat, yaitu merupakan sarana yang paling efektif untuk seseorang mengadukan prihal kehidupannya kepada sang Kholiq sekaligus memohon petunjuk dariNya untuk mampu menghadapi setiap kesulitan hidup.
Terdapat juga ayat yang juga menjelaskan tentang semangat usaha untuk keluar dari kesulitan hidup, dengan catatan harus selalu berusaha dan berdoa dengan sungguh-sungguh sampai mendapatkan kemudahan dalam hidup.
”Bukankah kami Telah melapangkan untukmu dadamu? dan kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu yang memberatkan punggungmu dan kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,  sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap." (al-Insyiroh: 1-8)
Kemudian terdapat beberapa ayat al-Quran yang menjelaskan bahwa apapun yang terjadi di muka bumi ini atas kehendak Allah Yang Maha Kuasa, termasuk bencana, musibah taupun ujian dan cobaan hidup. Hal ini, memang perlu penegasan oleh Allah agar setiap yang tertimpa musibah mengembalikan keadaannya yang lemah dan tidak berdaya kepada Allah. Dengan demikian, akan bertambah kualitas keimanan seseorang kepada Allah dan tentu akan semakin dekat dengan Allah.
”Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (Tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan Telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (al-Hadid: 22)
”Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurniaNya. dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Yunus: 107)
Berkaitan dengan situasi atau kondisi kesedihan yang dialami manusia dalam menjalani kehidupannya, maka Allah memberikan tuntunan terapi untuk bisa keluar dari kesedihan dan kecemasan tersebut, yaitu dengan meningkatkan kualitas iman, ibadah, dan amal saleh.
”(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, Maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (al-Baqarah: 112)
Artinya: ”Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. dan Hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.” (Luqman: 22)
”Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, Maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (al-Baqarah: 274)
Berdasarkan ayat-ayat di atas, maka jelaslah bahwa Allah telah menuntun kita untuk bisa menghadapi segala keadaan hidup, terutama kesedihan atau kesusahan, yaitu dengan meningkatkan ibadah kita kepadaNya.
Sebagai seorang  yang beriman seharusnya menyadari bahwa ibadah bukan hanya sekedar bentuk ketaatan dan kepatuhan kepada Allah, tetapi ibadah memiliki kaitan erat dengan ketenangan dan kebahagiaan hidup manusia. Kesadaran tersebut sangat penting agar setiap hamba mampu menghadirkan kekhusyuan, keikhlasan, syukur, dan rasa tanggung jawab dalam melaksanakan kewajibannya kepada Allah. Demikian halnya dengan ’amal saleh’ yang banyak sekali diungkapkan dalam al-Quran yang merupakan semua kebaikan yang dilakukan oleh seseorang karena keimannya tentu juga memberi pengaruh positif terhadap keberlangsungan hidup seseorang dalam menghadirkan kebahagiaan hidupnya.
Seorang yang kaya sesungguhnya bukanlah kaya harta tapi kaya amal saleh. Seribu kebaikan yang dilakukan oleh seseorang dalam setiap hari hidupnya, berarti seribu kebahagiaan sudah dia hadirkan dalam hidupnya dan seribu keburukan dia lakukan, sesungguhnya sudah seribu penderitaan telah dia hadirkan.
Sebagai seorang yang beriman tentu harus meyakini apa yang telah dijelaskan Allah dalam kitab suciNya. Dengan demikian, mudah-mudahan setiap kesedihan akan berakhir dengan kebahagiaan.
oleh: Dr. H. Andian Parlindungan, MA 

from My blog: http://zulkiflihazmar.blogspot.com/

Rabu, 07 April 2010

Hidup Bahagia dan Jangan Bersedih Hati Sayang

Kita sering merasakan perasaan tidak nyaman, sedih, gelisah, cemas, takut, dan was-was karena beragam macam problematika kehidupan yang kita hadapi, meskipun sebenarnya kita sangat menyadari bahwa kehidupan di atas muka bumi ini mustahil tanpa ujian dan cobaan hidup. Disadari ataupun tidak disadari sebenarnya ujian dan cobaan hidup memiliki kontribusi yang sangat luar biasa dalam merubah kehidupan seseorang.
Beberapa pelajaran penting sering kita temukan dalam kehidupan kita sehari-hari, misalnya seorang wanita justru menemukan kesuksesan hidupnya pasca perceraiannya dengan suaminya atau seorang anak menemukan kesuksesan karena dorongan hidup saat mengalami kemiskinan. Bahkan, seorang pereman menemui jalan kehidupannya kembali setelah mengalami penderitaan suatu penyakit.Tidak hanya itu, yang tidak kalah penting bahwa cobaan dan ujian hidup terkadang turut membentuk kepribadian seseorang untuk bisa lebih menghargai hidup memahami arti ikhlas, sabar, syukur, tawakal, tawadhu’, dll. Banyak sekali kisah-kisah teladan dalam kehidupan kita yang sebenarnya menjelaskan kepada kita tentang hikmah dibalik sebuah cobaan dan ujian hidup.
Allah Swt., dalam kitab suciNya al-Quran menjelaskan bahwa ujian hidup adalah sebuah keniscayaan yang pasti dihadapi setiap insan. Tidak ada manusia yang tidak mengalami ujian hidup, sepanjang keberlangsungan hidup seorang anak manusia tentu sepanjang itu pula ujian hidup pasti dia hadapi, walaupun sebenarnya tingkat kesulitan cobaan dan ujian hidup tersebut sesuai dengan kadar keimanan dan kualitas spiritual seseorang, artinya bahwa Allah tidak akan menguji seseorang di luar batas kemampuannya.
Artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. (al-Baqoroh, 2:155)
Artinya: ”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.”
Ayat pertama menjelaskan tentang kepastian adanya cobaan dan ujian hidup dari Allah kepada manusia untuk menguji kesabaran manusia. Adapunn ayat kedua menjelaskan bahwa cobaaan dan ujian tersebut tentu sebatas kemampuan seorang hamba memikulnya.
Dalam sebuah hadis ditegaskan, dari Abu Sa’id dan Abu Hurairoh r.a. katanya, “keduanya mendapat keterangan dari Rasulullah saw. Katanya, “Seorang mu’min yang tertimpa musibah, seperti kepedihan, kesusahan, dan duka cita termasuk kesusahannya yang memusingkannya tiap-tiap demikian mengampunkan dosanya.” (HR. Muslim)
Dalam hadis Rasulullah saw yang lain dijelaskan bahwa Dari Aisyah r.a katanya: “Bersabda Rasulullah saw.: ”Tiap-tiap musibah yang diderita seorang muslim, menggugurkan dosanya termasuk duri yang menusuknya.” (HR. Muslim)
Demikianlah beberapa hikmah dibalik cobaan dan ujian hidup yang dihadapi oleh seseorang. Sungguh dalam setiap ujian pasti terdapat kandungan mutiara yang tidak ternilai harganya. Seseorang tidak akan merasakan indahnya senyuman kalau tidak pernah mengalami pahitnya sebuah tangisan, atau seseorang tidak akan pernah merasakan indahnya kebahagiaan kalau tidak pernah merasakan getirnya sebuah penderitaan, dan seseorang tidak akan pernah merasakan nikmatnya sebuah kesehatan kalau tidak pernah merasakan sakit dan seterusnya.
Berdasarkan uraian di atas, tentu kita diingatkan agar bersiap dan kuat menghadapi setiap ujian dan cobaan hidup, walaupun tidak dapat dinafikan bahwa dampak psikologisnya adalah kesedihan, ketakutan, dan dll. Sebenarnya, hal tersebut sangat wajar terjadi pada diri seseorang tatkala menghadapi cobaan dan ujian hidup, namun kesedihan, kecemasan, ataupun kekhawatiran tersebut tidak boleh sampai menggerogoti kehidupan seseorang, sehingga mengganggu kenyamanan dan ketenangan hidupnya.
Oleh: Dr. H. Andian Parlindungan, MA 
from My blog: http://zulkiflihazmar.blogspot.com/
 
Powered By Blogger
 
Blogger Templates