Jum'at tgl 27 Januari 2009 adalah minggu ke-4 bulan januari. Pagi itu di agenda ku tercatat bahwa Ust. Andian akan ceramah di Pengajian al-Hafiz, di jln Radio Dalam. Pada pertemuan kali ini beliau berbicara tentang "Pengendalin diri" atau dalam bahasa arabnya Tazkiyatunnafs. Pokok-pokok pikiran yang di jelaskan beliau adalah mengatakan bahwa, Tazkiyat secara etimologi (bahasa) mempunyai dua arti: 1. Tathhîr, pembersihan atau penyucian, 2. Ziyâdah, penambahan, peningkatan, pengembangan.
Sedangkan Nafs berarti: jiwa, diri, atau totalitas manusia (yang terdiri badan, akal, dan ruh). Jadi, Tazkiyat al-Nafs adalah pembersihan dan penyucian badan kotoran, noda, najis, sifat-sifat tercela, dan menumbuh-kembangkan diri dengan sifat-sifat terpuji. Pengertian tersebut senada dengan ayat al-Quran: “Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri dan menyebut nama Tuhannya lalu shalat.” (QS al-A'laq [87]: 14-15)
Adapun yang menjadi alasan mengapa & untuk apa tazkiyat al-Nafs di lakukan, adalah,
a. Nafs merupakan potensi diri yang paling potensial menjadi musuh internal manusia,
Sedangkan Nafs berarti: jiwa, diri, atau totalitas manusia (yang terdiri badan, akal, dan ruh). Jadi, Tazkiyat al-Nafs adalah pembersihan dan penyucian badan kotoran, noda, najis, sifat-sifat tercela, dan menumbuh-kembangkan diri dengan sifat-sifat terpuji. Pengertian tersebut senada dengan ayat al-Quran: “Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri dan menyebut nama Tuhannya lalu shalat.” (QS al-A'laq [87]: 14-15)
Adapun yang menjadi alasan mengapa & untuk apa tazkiyat al-Nafs di lakukan, adalah,
a. Nafs merupakan potensi diri yang paling potensial menjadi musuh internal manusia,
b. Selain Nabi Muhammad Saw., tidak ada manusia yang ma’shum (dipelihara dari perbuatan dosa),
c. Penyucian diri merupakan jalan menuju ampunan dan surga-Nya.
d. Manusia cenderung menempuh jalan kesempurnaan (merasa kurang dan belum puas) dalam hidupnya..
Adapun sifat Nafs dalam Alquran tidak sepenuhnya identik dengan nafsu dalam bahasa Indonesia (seperti: nafsu makan atau hawa nafsu). Nafs manusia pada dasarnya sama, tetapi kemungkinan mempunyai tiga sifat, yaitu:
1. Nafs muthmainnah nafsu yang senantiasa memacu untuk mendekatkan diri kepada Allah
2. Nafs lawwâmah Nafs Lawwamah adalah nafsu yang menyesali dan menyalahkan apa sudah terjadi
3. Nafs ammârah (bi al-sû’) Nafs ammarah adalah nafsu yang menyuruh atau memotivasi untuk berbuat keburukan, maksiat, durhaka, atau melanggar hukum.
Menurut Imam al-Ghazzali, hukum tazkiyat al-nafs adalah fardlu ‘ain (wajib secara individual).
Bagaimana Tazkiyatun Nafs dilakukan?
Tazkiyatun nafs, dalam konsep tasawuf, dapat dilakukan dengan tiga proses:
1. Takhliyah /takhalli atau pengosongan, detoksifikasi, naturalisasi diri.
2. Tahliyah /tahalli atau penghiasan diri, internalisasi nilai-nilai.
3. Tajliyah /tajalli atau penjelmaan, manifestasi, aktualisasi diri.
d. Manusia cenderung menempuh jalan kesempurnaan (merasa kurang dan belum puas) dalam hidupnya..
Adapun sifat Nafs dalam Alquran tidak sepenuhnya identik dengan nafsu dalam bahasa Indonesia (seperti: nafsu makan atau hawa nafsu). Nafs manusia pada dasarnya sama, tetapi kemungkinan mempunyai tiga sifat, yaitu:
1. Nafs muthmainnah nafsu yang senantiasa memacu untuk mendekatkan diri kepada Allah
2. Nafs lawwâmah Nafs Lawwamah adalah nafsu yang menyesali dan menyalahkan apa sudah terjadi
3. Nafs ammârah (bi al-sû’) Nafs ammarah adalah nafsu yang menyuruh atau memotivasi untuk berbuat keburukan, maksiat, durhaka, atau melanggar hukum.
Menurut Imam al-Ghazzali, hukum tazkiyat al-nafs adalah fardlu ‘ain (wajib secara individual).
Bagaimana Tazkiyatun Nafs dilakukan?
Tazkiyatun nafs, dalam konsep tasawuf, dapat dilakukan dengan tiga proses:
1. Takhliyah /takhalli atau pengosongan, detoksifikasi, naturalisasi diri.
2. Tahliyah /tahalli atau penghiasan diri, internalisasi nilai-nilai.
3. Tajliyah /tajalli atau penjelmaan, manifestasi, aktualisasi diri.
Kita sebagai makluk yang hidup di atas dunia ini tidak luput dari perbuatan doa, mulai dari bangun tidur hingga akan tidur kembali sudah berapa banyak doa yang telah kita lakukan. Waktu berjalan terus dan kita tidak tahu entah kapan kita dipanggil oleh Allah untuk kembali menghadapnya. Tidak ada kata terlambah, mari kita mulai dari detik ini kita melakukan tazkiyatun nafs agar kelak ketika menghadapa Allah SWT, kita menghadap dalam keadaan khusnul khotimah, dimana nafs kita pada posisi nafsu muthmainnah. amin ya rabbal 'alamin.
Ass.wR.wb.
BalasHapusMaaf, mgkn alinia pengertian Tazkiyatun Nafs senada dgn ayat 14 surah al A'la bukannya surah al-Alaq ayat....spt tsb artikel diatas, dan ini sdh dikoreksi lisan oleh Ust. agar maklum.
Salam kenal,
Mochamad Enoch, jamaah Ahad Pagi Mesjid Raya PI