Social Icons

Kamis, 20 Agustus 2009

Puasa "Upaya Pembentukan Karakter"

"Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, semoga kamu menjadi orang yang bertakwa." (QS. 2:183)

Ketika kita menyatakan bahwa diri kita beragama Islam, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, setelah itu dilakukan baru bisa disebut seorang Muslim. Ada 5 syarat yang wajib kita laksanakan sebagai bukti bahwa kita beragama Islam, salah satunya adalah melaksanakan Puasa Ramadhan. (yang lainnya adalah: mengucap dua kalima syahadat, sholat, zakat dan haji).
Puasa Ramadhan merupakan kewajiban rutin sebulan satu kali dalam setiap tahunnya yang dikerjakan oleh setiap umat Muslim. Kewajiban melaksanakan puasa ini dengan tegas dijelaskan oleh Allah dalam al-quran surat al-baqarah ayat 183-186. Bagi kita yang dilahirkan dari kalangan keluarga Muslim, melaksakan puasa ini bukanlah sesuatu hal yang asing lagi tapi sudah menjadi kegiatan rutinanitas setiap tahunnya. Hampir seluruh umat Islam bergembira menyambut momentum tersebut. Bagi yang berumur 40 tahun, berarti dia sudah diwajibkan melaksanakan puasa ramadhan sekitar 27 kali atau 26 kali, tergantung sejak mulai usia berap ia diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa tersebut.
Jika sudah sebanyak itu melaksanakan puasa ramadhan, maka muncul beberapa pertanyaan: apa yang kita dapat dari menjalankan ibadah puasa? apa hanya sekedar mendapat lapar dan haus saja? dan apa tujuan Allah memerintah puasa kepada kita? apa hanya sekedar sebatas kewajiban seorang hamba kepada khaliknya? atau ada tujuan lain dari perintah tersebut?
Sebenarnya, jika kita bisa cerdas memahami makna surat al-baqarah ayat 183 itu lebih dalam, maka secara otomatis pertanyaan diatas bisa terjawab. Dalam ayat tersebut ada beberapa kata kunci yang bisa kita lihat. Pertama: orang yang beriman, Kedua: diwajibkan atas kamu berpuasa, dan Ketiga: menjadi orang yang bertakwa. Jadi yang diwajib oleh Allah disini adalah orang yang beriman, (yaitu orang-orang yang percaya kepada Allah, kepada Malaikat, kepada Kitab, kepada Rasul, kepada hari kiamat dan kepada takdir) untuk melaksanakan puasa (yaitu orang-orang yang telah menjalankan rukun Islam) dan di akhir ayat, Allah mengatakan semoga menjadi orang yang bertakwa.
Sekarang mari kita lihat hubungan dari ketiga kata kunci tersebut, Ketika seseorang telah mengakui bahwa ia telah beriman maka secara otomatis ia akan melaksanakan puasa ramadhan karena puasa ramadhan merupakan perintah dari Allah yang dibawa oleh Rasul-Nya dan tertulis dalam kitab-Nya. Berarti hubungan sangat jelas sekali. Yang menjadi persoalan adalah apa hubungannya dengan takwa? apakah setelah seseorang menjalan puasa ramadhan, ia sudah bisa dikatakan bertakwa?
Sebelum dijawab pertanyaan ini, mari kita lihat sifat-sifat orang yang bertakwa dalam al-Qur'an. agar kita bisa tahu seperti apakah orang yang bertakwa itu. Dalam al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan sifat-sifat orang yang bertakwa, diantaranya
  1. al-Baqarah (2) : 177, sifat orang yang bertakwa adalah: Menepati janji, sabar, benar/jujur.
  2. Ali imran (3) : 102-103, sifat orang yang bertakwa adalah: menjalin siraturrahim, syukur, menjaga diri.
  3. Ali imran (3) : 133-135, sifat orang yang bertakwa adalah: Kepedulian sosial, mengendalikan diri (menahan amarah), pemaaf, berbuat kebaikan, bertaubat.
  4. al- Ahzab (33) : 35, sifat orang bertakwa adalah: taat, benar/jujur, sabar, khusyu', bersedekah (kepedulian sosial), memelihara diri, zikir
  5. di ayat-ayat lain mengatakan sifat orang bertakwa itu, ikhlas, tawadu', penyayang, tanggung jawab, amanah dan lain-lain
Maka dengan demikian, ketika Allah mewajibkan orang beriman untuk melaksanakan puasa khususnya puasa ramadhan seharus dapat melahir sifat-sifat di atas, bukan hanya sekedar sebatas kewajiban tapi yang paling penting adalah pembentukan karakter kejiwaan dengan menampilkan sifat-sifat tersebut dalam kehidupan sehari hari. Ramadhan merupakan "Madrasah Spiritual" karena di dalam pelaksanaan ibadah tersebut banyak mengajarkan nilai-nilai kebaikan dalam upaya pembentukan pribadi yang takwa. Jika ini semua bisa terbentuk maka apa yang diharapakan oleh Allah dalam surat al-baqarah ayat 183 bisa bisa terwujud. Akan tetapi dengan melaksanakan puasa tidak bisa melahirkan sifat-sifat di atas, maka bisa dikatakan puasa yang kita laksanakan tidak ada arti kerena tujuan ibadah puasa di perintahkan adalah agar kita semua bertakwa.
selama 29-30 hari (1 bulan) dalam setahun kita dididik oleh Allah untuk melaksanakan akhlak-akhlak tersebut dan diharapkan selama 11 bulan kedepan kita bisa menjaga untuk mempertahankan pelaksanaan akhlak-akhlak itu dalam kehidupan kita sehari-hari. Jika akhlak ini bisa kita laksanakan dalam kehidupan kita sehari-hari barulah kita bisa mencapai tujuan sebagimana yang diharpkan oleh Allah, yaitu TAKWA.
Akan tetapi jika kita tidak mendapat nilai-nilai akhlak itu setelah melaksankan ibadah puasa maka benarlah apa yang telah dikhawatir oleh Rasulullah dalam haditsnya, "Betapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan haus saja".
Sekarang kembali kepada kita semua sudah berapa lama kita melaksanakan ibadah puasa dalam hidup kita?, apakah sifat-sifat di atas sudah kita dapatkan dan sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari? hanya diri kita sendiri, sejauhmana khalitas puasa yang telah kita jalani. Jika belum mendapatkan apa-apa dari ibadah puasa yang telah kita jalani, belum terlambat, mari renungkan bersama dan memperbaiki diri kita agar bisa melaksanakan ibadah puasa ramadhan dengan lebih baik lagi agar kita semua bisa menjadi orang-orang bertakwa. amin.
Selamat menyambut bulan suci Ramadhan, semoga ramadhan kali ini dapat memberi makna dan perubahan yang berarti dalam kehidupan kita kedepan.

Selasa, 23 Juni 2009

"Tantangan Hidup di Kota Metropolitan" sebuah perenungan

"Semakin majunya teknologi,
segalanya terasa amat dekat dan mudah untuk dilakukan
tapi perlu diingat,
ada hal-hal yang tidak bisa digantikan dengan kemajuan teknologi tersebut"
Dengan kemajuan teknologi pada saat ini sering membuat orang lupa bahwa tidak semua masalah bisa diselesai dengan teknologi tersebut. Mungkin sebahagian orang berpikir dengan adanya telepon gemgam, ketika rindu sama keluarga atau ada keperluan, mereka tidak perlu ketemu secara langsung tapi cukup dengan menelepon saja, rasa rindu bisa terobati dan masalah bisa diselesaikan. Kunjung-mengunjungi yang merupakan budaya orang Indonesia ketika di hari lebaran sudah berkurang volumenya karena cukup dengan sms atau telepon saja bisa mewakili semuanya. Ketika anak membutuhkan biaya untuk keperluannya sehari-hari, baik berupa biaya sekolah maupun biaya kebutuhan hidupnya, dengan kecanggihan teknologi yang ada saat ini, orang tua tidak perlu lagi bertatap muka dengann si anak untuk memberikan kebutuhan anak tersebut, cukup dengan mentransfer uang melalui rekening bank masalahnya sudah bisa diatasi. Ketika anak sakit, orang tua bisa tinggal telepon dokter pribadi untuk datang ke rumah melihat kondisi si anak atau bisa juga memerintahkan si supir untuk mengantar anak ke rumah sakit dengan di temani babysister yang memnjadi pengasuh si anak. Ketika anak ingin melanjut sekolah, orang tua tinggal browsing internet untuk mencari sekolah-sekolah yang bagus, setelah ketemu sekolah yang cocok, orang tua tinggal telepon pihak sekolah untuk menanyakan lebih lengkap mengenai persyarat masuk kesekolah tersebut. Setelah semua berjalan dengan lancar dan anakpun diterima disekolah tersebut, maka orang tuapun menyediakan sebuah mobil dan supir bahkan ada yang didampingi seorang babysister untuk mengurus dan mengantar jemput sekolah anaknya. Fenomena seperti ini terjadi dikota-kota besar, khususnya di Jakarta. Pada umumnya orang berpikir jika ada uang semuanya bisa diatasi dengan baik, tidak terlalu dibutuhkan kontak fisik dalam membangun sebuah keluarga. Mereka beralasan bahwa selagi muda dan ada peluang untuk berkarir, mereka akan kejar terus walaupun harus mengorbankan kebahagian berkumpul bersama keluarga.
Mereka sering melupakan selain materi yang harus dipenuhi ada sisi lain yang tidak bisa digantikan oleh kemajuan teknologi itu, seperti belaian orang tua kepada anaknya, menemani anaknya bermain, menemani belajar, menemani makan, membawa mereka liburan dan bercanda ria, menyempatkan diri untuk mengantar anak serta menjemputnya pulang dari sekolah, menanyakan mengenai pelajaran yang anak pelajari di sekolah dan lainya. Memang harus diakui bahwa untuk melakukan semua kegaiatan itu tidak lah semua orang tua yang hidup dikota-kota besar dapat melakukannya hal itu, ini dikarenakan kesibukan yang harus dilalui oleh setiap orang yang hidup di kota metropolitan. Ada kesalahan yang sering dilakukan, ketika ada waktu libur, mereka tidak mempergunakan waktu libur itu untuk bersama anak-anak mereka tapi mereka pergunakan untuk mencari tambahan aktivitas, seperti menambah jam kerja (lembur), bermain golf bersama mitra kerja. Mereka melakukan hal tersebut mempunyai alasan bahwa apa yang mereka lakukan itu tujuannya adalah untuk membahagiakan keluarga juga.
Seharusnya pendidikan itu dimulai dari sejak anak berusia dini bahkan dalam agama Islam penanaman nilai-nilai kebaikan itu diajarkan sejak anak dalam kandungan. seperti seorang ibu yang sedang hamil dianjurkan selalu membaca al-quran, melaksanakan sholat sunnah, mendengarkan ceramah agama dan lainnya. Ketika seorang anak lahir maka orang tuanya (ayah dari si bayi) dianjurkan untuk mengazankannya di telinga kanan dan mengiqomatkannya di telinga kiri agar sibayi ketika lahir kedunia kalimat yang pertama ia dengan adalah kalimat tauhid. Ketika anak mengalami pertumbuhan seharusnya orang harus mengikuti dan mengarahkan anak kepada hal-hal penanaman nilai-nilai kebaikan dengan cara senantiasa mendampingi dalam berbagai aktivitas si anak. Mungkin pada umumnya orang berpikir bahwa mengajarkan anak nilai kebaikan pada waktu kecil tidak terlalu banyak berpengaruh karena si anak belum mengerti apa-apa. Sebenarnya disini lah letak kesalahan patal pada sebahagian orang tua.
Sering sekali kita mendengar keluhan dari orang tua, bahwa anak-anak mereka ketika dewasa tidak mau berbakti kepada mereka dan sulit sekali mengarahkan mereka kearah kebaikan. Jika hal ini terjadi, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah sebagai orang tua harus mengitrofeksi diri kebelakang, apa saja yang telah diberbuat dan di berikan ketika anak waktu kecil? Sudahkah kita memberikan hal-hal yang terbaik kepada mereka? Sebesar apa perhatian dan kasih sayang yang kita berikan kepada mereka? Berapa lama waktu yang kita berikan kepada mereka untuk menemani bermain, belajar serta bercanda ria?
Jika hal-hal itu tidak pernah kita lakukan, maka seharusnya kita jangan langsung menyalahkan anak kita, karena pada prinsip apa yang telah kita tanam, maka itu lah yang akan kita petik hasilnya dikemudian hari.
Hidup dikota metropolitan ini sangat sulit dan banyak tantangan yang akan dihadapi, khususnya bagi orang tua-orang tua yang mempunyai anak dalam masa pertumbuhan. Dibutuhkan kerja ektra dalam membina keluarga yang sakinah, mawaddah warohmah dan bisa membentengi diri dari tangtangan yang berada di sekeliling kita.
Dengan demikian marilah kita bangun keluarga yang berdasarkan atas kekuatan Iman(Akidah) dan diwujudkan dalam melaksanakan Islam(Ibadah) lalu filosofi-filisofi ibadah di aplikan dalam kehidupan dalam bentuk akhlak yang mulia (Ihsan).
Selamat berjuang!!!

Kamis, 18 Juni 2009

Indah pada Waktunya.

Ambillah waktu untuk berpikir
itu adalah sumber kekuatan

Ambillah waktu untuk bermain
itu adalah rahasia masa muda yang abadi

Ambillah waktu untuk membaca
itu adalah sumber kebijaksanaan

Ambillah waktu untuk berdoa
Itu adalah kekuatan terbesar di bumi

Ambillah waktu untuk mencintai dan dicintai
Itu adalah hak istimewa yang di berikan Sang Pencipta

Ambillah waktu untuk sahabat
itu adalah jalan menuju kebahagaiaan

Ambillah waktu untuk tertawa
Itu adalah musik yang menggetarkan jiwa

Ambillah waktu untuk memberi
Itu adalah hari yang sangat singkat untuk kepentingan diri sendiri

Ambillah waktu untuk bekerja
Itu adalah nilai keberhasilan

Ambillah waktu untuk beriman
Itu adalah kunci menuju surga
(by: Parlindungan Marpaung)

Kamis, 28 Mei 2009

Berpikir Positif

Setiap manusia pasti pernah merasakan sakit, baik yang bersifat jasmani maupun rohani (jiwa). Penyebab itu sangat lah bermacam-macam, ada yang disebabkan dari kelalaian kita dalam menjalankan kehidupan sehari-hari ada juga dikarena faktor dari luar diri kita.
Ada sebuah pernyataan yang sangat mengagetkan kita bahwa banyak kalangan yang mengatakan bahwa hampir 75 % penyebab munculnya penyakit pada diri seseorang itu di sebabkan oleh pikirannya sendiri. Apakah ini bisa di terima?
Anehnya, sampai saat ini belum ada yang menyatakan bahwa pernyataan itu tidak benar.
Dalam agama Islam kita di ajarkan jangan berburuk sangka kepada apa dan siapa pun.
memulai sesuatu itu dianjurkan diawali dengan bismilah (doa). Ini artinya dalam menjalankan segala sesuatu haruslah dengan hati yang bersih agar ketika apa yang kita kerjakan, jika tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, kita bisa menerimanya dengan lapang dada.
Contoh, ketika kita dipagi hari berpikiran bahwa hari ini akan dijalani dengan banyak tantangan dan kesulitan, maka selama satu hari penuh kita akan merasakan ketidak tenangan dalam menjalankan aktivitas, bahkan untuk memulai aktivitas pun malas karena sudah berpikir pesimis dan akhirnya banyak rencana yang berantakan, jika terjadi kegagalan maka akan frustasi dan putus asa. Ini secara otomatis membuat pikiran kita jadi berat dan kondisi fisik jadi melemah bahkan bisa jatuh sakit.
Tetapi jika di pagi hari kita berpikir positif dan mengatakan bahwa hari akan di lewati dengan menyenangkan maka setiap apa yang ingin kita lakukan, kita merasa optimis dalam mewujudkannya dan secara otomatis kita akan bekerja keras dalam pencapaiannya.
Jika anda perpikiran sehat anda akan sehat, tapi jika anda berpikiran sakit maka anda akan sakit. Jika anda berpikiran sukses, maka anda akan sukses.
Mulai saat ini mari lah kita senantiasa berpikiran positif dalam segala hal.

Kamis, 19 Maret 2009

Islam Agama Rahmatan lil 'Alamin

Banyak orang yang menilai Islam tidak memberikan penghormatan terhadap kaum perempuan. Tapi tidak bagi Yvonne Ridley setelah ia mengenal Islam. Mantan wartawan asal Inggris yang pernah menjadi tawanan Taliban di Afghanistan ini, masuk Islam setelah ia mendalami al-Quran dengan harapan menemukan perintah-perintah Tuhan dalam Islam yang menempatkan perempuan pada posisi rendah. Apalagi ketika itu Ridley juga seorang aktivis feminisme.
Tapi semakin ia mendalami al-Quran, Ridley tidak menemukan apa yang dicarinya, ia malah menemukan ajaran Islam yang luhur tentang kaum perempuan, dimana Islam menempatkan kaum perempuan dalam derajat yang tinggi dan mulia. Inilah yang kemudian mendorong Yvonne untuk memilih menjadi seorang Muslim dan sekarang dikenal aktif berdakwah kemana-mana.(Kisah selengkapnya baca: Yvonne Ridley: Saya Kagum Dengan Hak-Hak Yang Diberikan Islam pada Kaum Perempuan di http://www.eramuslim.com/. Kamis, 12/03/2009 16:31 WIB)
Kutipan artikel ini telah mendorong saya agar mengingatkan kita semua umat Islam bahwa sebenarnya ajaran Islam ini sangatlah universal, mengkaji segala aspek kehidupan yang dapat mengantarkan kita menjadi orang yang bahagia dunia dan bahagia di akhirat.
Islam tidak saja mengatur tentang beribada kepada Sang Kholik saja tetapi semua aturan hidup di dunia ini diatur dalam Islam yang tertuang di dalam al-Quran dan Sunnah Rasulallah SAW, termasuk tata cara makan, tidur, berpakaian, bergaul antara sesama muslim dan non-muslim dan lainnya semua di atur oleh Islam, jadi sangat wajar sekali banyak orang non-muslim yang belajar tentang Islam dan akhirnya masuk agama Islam.
Peristiwa yang terjadi pada Ridley itu adalah salah satu dari ribuan pengalaman yang di alami orang-orang yang telah kembali kepada Islam, dimana setelah mereka memeluk agama Islam, mereka dengan giatnya mempelajari Islam dan dengan bangganya mengenakan atiribut-atribut Islam, seperti mengenakan jilbab.
Bagaimana dengan orang Islam sendiri, apakah mereka bangga dengan agamanya sendiri?
Apakah semua orang Islam menggaji secara mendalam ajaran agamanya?
Apakah semua perempuan muslim menutup auratnya sesuai dengan anjuran agama yang di anutnya?
Sadarkah kita bahwa agama Islam itu adalah agama yang sangat sempurna?
dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang mesti kita renungkan bersama agar kita bisa benar-benar bisa menjadi Muslim yang Kaffa dalam menjalankan agama.

Rabu, 18 Maret 2009

Kesuksesan harus di Perjuangkan

Di kalangan masyarakat kita khususnya dimasyarakat pedesaan sering sekali kita mendengarkan, ketika ada yang bertanya "Kenapa anaknya ga sekolah bu?" mereka dengan entengnya menjawab "ya sudah nasibnya seperti ini, mau diapain lagi, kita kan keluarga susah".
Jika semua orang berpikiran seperti ini pasti tidak akan muncul orang-orang seperti Soekarno, Moh. Hatta, Nur Cholish Madjid, Din Samsudin, Hidayat Nur Wahid, SBY, Sri Muliani dan lain-lainnya. Bila kita membaca sejarah hidup mereka mulai dari kecil hingga menjadi seorang tokoh nasional, hampir semuanya berasal dari keluarga yang sederhana. Perjalanan mereka untuk menjadi seorang tokoh (atau orang yang sukses) tidak lah mudah. Banyak rintangan yang mereka hadapi serta pengorbanan yang mereka lakukan untuk mencapai tujuan mereka tersebut.
Terkadang kita sering, ketika melihat seorang Nur Cholish Madjid, kita berkeinginan untuk menjadi Nur Cholish Madjid atau ketika melihat Din Samsudin, kita berkeinginan untuk menjadi Din Samsudin dan seterusnya.
Apakah itu salah?
Itu tidak salah dan sah-sah saja orang berkeinginan seperti itu, tetapi ada yang kita lupakan, apa itu?

"Melihat Perjuangan bagaimana bisa sampai menjadi seorang Cak Nur ataupun menjadi Pak Din"
Seharusnya sebelum kita berkeinginan menjadi seorang tokoh yang kita harapkan itu, kita harus bertanya dahulu, bagaimana perjuangan mereka untuk menjadi seorang tokoh yang seperti kita kenal saat ini karena Untuk menjadi seorang seperti seorang Cak Nur bukanlah sesuatu yang mudah.

Begitu juga dengan Kesuksesan yang kita harapkan.

Jika kita berkeinganan untuk sukses maka kita harus berusaha dan berjuangan dengan semaksimal mungkin dengan potensi yang ada untuk mewujudkannya.
Dari ulasan yang singkat tersebut dapat kita ambil pelajaran penting bahwa tidak ada kebahagian atau kesuksesan itu di dapat dengan gratis atau datang dengan sendirinya saja, semuanya harus diraih dengan perjuangan dan butuh pengorbanan. Untuk itu marilah kita perjuangkan apa yang menjadi harapan kita masing-masing dengan senantiasa berdoa dan selalu mengharapkan ridho Allah SWT.

Sabtu, 28 Februari 2009

Training NAC di hotel Kartika Candra

Beberapa waktu yang lalu Saya dan bang Andian serta kakak-kakak mengikuti training NAC di Hotel Kartika Candra. NAC merupakan Lembaga Pelatihan Motivasi pimpinan Kak Ronald dan kak Lily. Pada kesempatan kali ini trainingnya langsung di pandu oleh Kak Ronald yang di laksanlakan selama 2 hari (hari sabtu dan minggu) yang di ikuti sekitar 30 peserta.
Selama mengikuti training banyak informasi baru yang kami dapatkan yang di sampaikan oleh para pemandu dan penceramah serta pengalaman-pengalaman yang di sampaikan para peserta yang hadir. Training yang dilaksanakan tidak hanya menyampai materi-materi aja tetapi di isi dengan game-game yang kocak yang bisa menghilangkan kecenuhan dan kelelahan. Hampir semua kegiatan yang di lakukan dalam berbagai hal ada pelajaran yang berharga yang dapat diambil oleh semua peserta. Dua hari merupakan waktu yang singkat, akan tetapi tidak menghambatkan para peserta untuk saling menjalin hubungan siraturrahmi. Para peserta terlihat sangat antusias dan menikmati setiap materi yang di lalui dalam training tersebut.

Powered By Blogger
 
Blogger Templates